IOGBOLA.com – Sudah tidak ada cinta Juventus terhadap Paulo Dybala, kepergian sang pemain pun diwarnai bersama tangis kesedihan.
Kebersamaan Juventus dan bintang andalan mereka, Paulo Dybala terhadap selanjutnya kudu berakhir, namun bersama langkah yang tidak ideal.
Pertandingan pada Juventus dan Lazio terhadap pekan ke-37 Serie A musim 2021/22 ini yang ditandai bersama hasil imbang 2-2 menjadi partai terakhir Dybala di hadapan publik Allianz Stadium di Turin bersama seragan Bianconeri.
Pemain internasional Argentina selanjutnya dipastikan tidak akan menjadi bagian berasal dari skuad Juve musim depan, sehabis tidak mendapat perpanjangan kontrak.
Pemain internasional Argentina selanjutnya dipastikan tidak akan menjadi bagian berasal dari skuad Juve musim depan, sehabis tidak mendapat perpanjangan kontrak.
Saga negosiasi perpanjangan kontraknya yang memakan kala berbulan-bulan sejak akhir th. tempo hari menemui jalan buntu. Manajemen Juve bersama tegas menolak tuntutan kenaikan gajinya dan senang membiarkannya pergi secara cuma-cuma, padahal usianya baru 28 tahun.
Memang wajar didalam dunia usaha sepakbola modern seandainya tidak ada kesepakatan yang tercapai, maka pemain berhak memilih era depannya sendiri. Tapi di sini, Dybala diposisikan sebagai antagonis oleh Si Nyonya Tua.
Momen perpisahannya bersama suporter Juventus memang seiring bersama Giorgio Chiellini yang termasuk pamit usai meyakinkan musim ini menjadi kampanye terakhirnya berkostum hitam dan putih.
Akan tetapi, perlakuan berbeda diterima oleh Chiellini dan Dybala didalam seremoni perpisahan. Jika pemirsa awam yang memandang laga kontra Lazio, seolah-olah mereka cuma mengetahui yang akan meninggalkan klub adalah Chiellini.
Juventus mempersiapkan koreografi tertentu untuk kapten mereka dan lambang tertentu di jersey mereka bertuliskan ‘The Great Chiello’ dan mengadakan tribut teristimewa bersama menggantinya terhadap menit ke-17 sebagai sinyal 17 th. sang bek veteran mengabdi kepada Bianconeri.
Sayangnya, kebanggaan yang dirasakan oleh Chiellini tidak dirasakan oleh Dybala di malam yang sama. Tidak ada acara tertentu yang disiapkan Juventus untuknya, lebih-lebih penyiar di stadion pun tidak menyinggung namanya.
Dybala digantikan terhadap menit ke-78 dan terjadi mengitari lapangan terhadap menit-menit akhir pertandingan untuk memberi sinyal tangan dan berfoto bersama penggemar.
Rekan-rekannya yang justru berinisiatif untuk membuatkan ‘acara perpisahan’ bagi Dybala, mengangkatnya ke udara bak sosok juara, selanjutnya Leonardo Bonucci mendorongnya ke tengah lapangan dan terhadap kala itu tangisnya pecah.
Sorot kamera ke arah Dybala yang tak kuasa membendung air matanya mendapat sambutan hangat berasal dari tifosi Juve, yang mengapresiasinya bersama tepuk tangan meriah dan meneriakkan namanya kala dipeluk oleh tiap-tiap rekan-rekannya.
Uniknya, meski Dybala dijadikan antagonis oleh Juve, pecinta tidak terpengaruh. Sebaliknya, mereka jadi mencemooh jajaran direksi klub layaknya Maurizio Arrivabene, Pavel Nedved dan Andrea Agnelli dikala muka mereka nampak di layar lebar stadion, seolah-olah berarti mereka-lah yang menjadi biang kerok kepergian Dybala.
Keputusan klub untuk fokus semuanya terhadap acara perpisahan Chiellini bisa dimengerti sebab statusnya sebagai calon legenda klub, namun Dybala selamanya pantas mendapatkan suatu hal yang lebih berasal dari klub sehabis semua yang telah ia melaksanakan untuk tim didalam tujuh th. terakhir.